Citra cita rasa hidangan Sunda memuat
cerita budaya dan sejarahnya sendiri. Setidaknya sebagai reidentifikasi,
sekhas apakah kuliner Sunda dalam cerita dan citra cita rasanya?
Hidangan Sunda-seperti halnya hidangan
berembel etnik lainnya-yang banyak tersaji di restoran-restoran berlabel
menyajikan hidangan “khas Sunda”, menggelitik lidah untuk merasakan,
sebenarnya, kekhasan macam apa itu? Kekhasan ini berhubungan erat dengan
wacana pencitraan makanan melalui pengakuan budaya etniknya. Bila
ditelusuri jejak kultur historisnya, pengakuan “khas” hidangan etnik
tertentu dalam bisnis restoran akan menjadi basis citra cita rasa apa
yang mesti dipertahankan!
Jika sekiranya dibandingkan dengan
hidangan etnik semisal Jawa dan Padang yang tersohor lebih dahulu dalam
perkembangan industri kuliner, salah satu fragmen citra “khas” Sunda itu
bisa diteropong dalam alam kolonial.
Sebagai gambaran, boleh dibilang
restoran etnik yang sudah muncul dan sering disebut dalam pariwara di
media cetak kolonial adalah restoran Jawa dan Padang. Willard A Hanna
dalam Hikayat Jakarta (1988), misalnya, menyinggung bahwa pada awal abad
ke-20 di kota-kota Hindia Belanda sudah ada restoran Padang dengan
penyajian yang begitu sibuk. Pelayan berseragam dengan kaki telanjang
hilir mudik melayani tamu.
Masakan kari-orang Belanda menyebutnya
kerrie-menjadi salah satu menu khas yang identik dengan hidangan Padang.
Kari padang ini lekat dengan pengaruh kuliner India yang aromanya tajam
bercita rasa pedas berbahan lombok dan lada dengan kondimen rempah:
ketumbar, jintan, kapulaga, adas, jahe, kunyit, cabai, kayu manis,
cengkeh, dan pala-atau pengaruh Arab yang identik dengan gulai. Terlepas
menyoal keaslian Padang-nya, hal itu setidaknya sudah menunjukkan
kekhasan hidangannya saat itu.
Begitupun cita rasa “khas” Jawa juga
dikonstruksi melalui modifikasi makanan etnik lainnya. Kari padang yang
kaya bumbu dan pedas itu, misalnya, diubah suai oleh praktisi kuliner
Indo-Eropa dengan menghasilkan kerrie-djawa yang diolah dengan
bahan-bahan dasar beraroma wangi serta penggunaan lomboknya tidak begitu
dominan, tetapi lebih pada tumbukan kemiri dan santan.
Setidaknya itu termuat dalam buku Groot
Indonesisch Kookboek (buku besar hidangan Indonesia, 1987) susunan Beb
Vuyk; wanita Indo-Belanda yang mengumpulkan ribuan resep hidangan
Indonesia dan telah ia ubah sesuai cita rasa khas etnik tertentu.
Keberadaan rumah makan yang menyajikan
hidangan khas Sunda sendiri tidak diketahui pada masa itu. Pun, jika
ada, hanyalah penjaja makanan menggunakan pikoelan (baca: pikulan)
sebagaimana diwartakan Augusta de Wit dalam Java: Fact and Fancies
(1896), yang olehnya disebut sebagai “restoran-restoran” pribumi di
Pulau Jawa yang berkumpul di satu area seperti alun-alun.
Barulah setelah perkembangan wisata pada
awal abad ke-20 tumbuh pesat, keberadaan restoran etnik sedikit
menggeser kesaksian Augusta de Wit. Itu pun boleh dikata, kepemilikan
dan pengelolaannya adalah orang-orang Eropa dan China sebab merekalah
yang mengenalkan konsep restoran di Hindia.
Lalu, mengemukalah restoran seperti
Waroeng Djawa atau secara umum saat itu disebut dengan istilah Indische
Restaurant, yang tersebar di kota-kota Hindia dan pada dasawarsa ketiga
merambah kota-kota di Belanda. Namun, sekali lagi, seperti apa konsep
restoran yang menyajikan hidangan khas Sunda masa kolonial tidak banyak
diketahui.
“Lalab-lalab”
Sebenarnya, seperti diungkap Anthony
Reid dalam Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 (1992), persoalan
makanan dengan cita rasanya di ranah etnik Indonesia belum banyak
diketahui pada masa sebelum abad ke-19. Sebagaimana diamini Ong Hok Ham
(alm), persoalan rasa baru dikonstruksi pada kurun abad ke-19. Rasa
hidangan pun setelah itu diidentifikasi: Jawa yang berbumbu halus dan
harum aromanya; Padang yang pedas dan royal bumbu; hingga citra cita
rasa etnik-etnik lain yang diungkapkan lewat uraian voedingsmiddelen
(makanan) dalam Encyclopedia van Nederlandsche-Indi? (1921).
Identifikasi kebiasaan makan orang Sunda
masa itu sudah lekat dengan konsumsi nabati. Setidaknya dalam beberapa
buku riset hingga buku resep masakan kolonial, istilah groentengerechten
(makanan sayuran) memuat lalab sebagai makanan Soendaneezen, orang
Sunda. Studi Dr K Heyne dalam De Nuttige Planten van Nederlandsch Indie
(manfaat sayuran di Hindia Belanda, 1927) memuat penjelasan perihal
tanaman lalap dan manfaatnya, baik sebagai sumber makanan maupun obat.
Jauh sebelumnya pada abad ke-17, pakar botani, Bontius, sudah
menyinggung kata lalab-lalab sebagai varietas sayuran tertentu
(groenten) yang biasa dimakan orang Jawa di sebelah barat (baca: Sunda)
dengan sambal sebagai pelengkapnya.
Kandungan vitamin yang kaya membuat
lalap menjadi komposisi hidangan tersendiri, sebagaimana Catenius van
der Meijden memuatnya dalam buku Groot Vegetarisch Kookboek (buku besar
olahan sayuran, 1912). Tampaknya orang Eropa turut mengadopsi kebiasaan
makan orang Sunda ke dalam pola makan mereka sehingga turut dipopulerkan
juga karedok yang khas Sunda itu, selain gado-gado dan urap-urap yang
tersohor sebagai groentengerechten di Pulau Jawa.
Pengaruh kolonial
Citra khas hidangan Sunda yang lekat
dengan budaya lalapan malah semakin dikuatkan oleh orang Eropa. Varietas
sayuran, seperti labu, wortel, dan mentimun, kemudian dimasukkan
sebagai lalapan orang Belanda yang disebut sebagai “pengganti hidangan
Belanda” (als surrogaat voor Hollandse tafel). Ini menunjukkan bahwa
kekhasan memamah jenis-jenis lalapan tidak berdiri sendiri sebagai
budaya makan orang Sunda semata, tetapi alam kolonial turut berperan
nyata mempertahankan citra khas itu.
Setidaknya ini cukup untuk mewacanakan
orisinalitas makanan “khas Sunda” macam apa, yang selain sudah tercampur
oleh pengaruh asing, juga menyumbang pengaruh vegetarianisme lewat
budaya lalapannya. Beb Vuyk benar bahwa makanan di nusa Jawa dan
nusa-nusa lainnya tidak lebih sebagai cullinaire infiltratie. Ya,
infiltrasi kuliner asing yang merasuk masuk dan menghasilkan konsep
hidangan etnik Indonesia kini, termasuk Sunda.
Dus memang, tidaklah soal melabeli
hidangan “khas” Sunda di restoran-restoran yang menyajikan hidangan
“khas Sunda” itu. Hanya saja, sungguh aneh jika lalap yang benar-benar
khas hidangan Sunda itu tidak lengkap dan malah tidak terhidang di meja
penikmat restoran-restoran Sunda yang menyajikan hidangan “khas Sunda”.
Identifikasi yang dikonstruksi secara
historis dan kultural hendaknya tidak diabaikan atau disepelekan. Sebab,
ada yang harus dipertahankan dari cerita dan citra cita rasa Sunda nu
nyunda itu.
FADLY RAHMAN Peminat Sejarah Makanan; Staf Pengajar Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran
(Pernah dimuat di Kompas Jawa Barat, 27
Juni 2009. Link:
http://cetak.kompas.com/read/2009/06/27/10475655/hidangan.sunda.nu.nyunda)
Related Posts :
Keyword Pencarian:
- makanan sunda
- makanan khas sunda
- rumah makan sunda
- restoran sunda
- masakan khas sunda
- modifikasi makanan
- restaurant sunda
- menu makan sunda
- kuliner khas sunda
- gambar makanan sunda
- sunda
- raja sunda restoran
- hidangan etnik
- gambar masakan sunda
- foto makanan sunda
- resep masakansunda
- rumah sunda
- macam-macam makanan khas sunda
- makanan nu nyunda
- Makan sunda
- masakan restoran
- makanan adat sunda
- menu restoran masakan sunda
- pengaruh makanan asing terhadap makanan sunda
- penyajian makanan sunda
- pikoelan
- rumah makan khas sunda
- website kuliner sunda
- www kuliner sunda com
- macam macam masakan sunda
- GAMBAR RAJA sunda
- Gambar makanan khas sunda
- ayam penyet masakan sunda
- khas masakan sunda
- Bebek Goreng ala Raja Sunda
- gambar rumah makan khas sunda
- Resep sayuran dan lalapan serta minuman di masakan sunda
- dominasi rumah makan padang
- resep masakan sunda dan foto nya
- foto minuman khas sunda
- pola makan sunda
- pola makan masyarakat sunda
- perkembangan budaya makanan di sunda
- composisi sambal sunda
- restoran etnik indonesia
- restoran makanan sunda
- www masakan etnik indonesia
- artikel sunda lalab
- wisata kuliner khas sunda
- sejarah sunda
- budaya makan urang sunda
- rumah makan sunda di jakarta
- adat makan sunda
- Cara membuat lalap daun singkong cara padang
- cita rasa orang sunda
- www Raja modif com
- makanan orang sunda
- jenis daun lalap makanan sunda
- jenis lalapan masakan sunda
- jenis-jenis makanan khas sunda dan manfaatnya
- jenis2 masakan sunda
- makanan etnik indonesia
- makana sunda
- kuliner etnik indonesia
- lalapan hidangan sunda
- macam masakan sunda
- masaan khas sunda
- masakan adat sunda
- Masakan kas sunda
- gambarmasakansunda
- istilah makanan sunda
- menu menu masakan khas sunda
- istilah raja raja sunda
- menu etnik jawa barat
- Masakan kuliner khas sunda
- masakan kolonial
- masakan khas sunda dan gambarnya
- istilah rumah makan sunda
- macam kuliner sunda
Glad you liked it. Would you like to share?
Add New Comment
Showing 0 comments